Showing you care .....

Knowing you are giving comfort and strength to the loved ones left behind should quell any concerns you may have about the exact wording of the message...........

Saturday, February 26, 2005

Sistem Informasi Peringatan Bahaya Tsunami di Jepang

Banyak ahli memperkirakan, bahwa besarnya korban terjadi akibat besarnya kekuatan gempa itu sendiri, yang diperkirakan melebihi 9 skala Richter (SR). Selain faktor ganasnya tenaga alam tersebut banyak ahli yang menuding bahwa, faktor tidak adanya perangkat dan sistem informasi yang menyampaikan akan datangnya bahaya tsunami ke setiap negara, memberi andil yang besar meluasnya jumlah korban. Peneliti gempa dan tsunami Prof. Yuichi Morita dari Universitas Tokyo sebagaima yang dimuat dalam Kyudo Tsushin tanggal 27 Desember 2004 memberi statement, bahwa besarnya jumlah korban dan luasnya wilayah yang terkena dampak tsunami gempa aceh ini akibat tidak adanya sistem yang terintegrasi dalam memberikan informasi tsunami antar negara di samudera india. Misalnya, walaupun orang-orang Srilanka mengetahui telah terjadi gempa aceh, mereka tidak mengira bahwa tsunami akan datang ke wilayahnya, sehingga mereka tidak melakukan antisipasi.

Kemudian dalam Konferensi International yang dikenal dengan The United Nations World Conference on Disaster Reducation (WCDR) yang diselenggarakan di Kobe pada tanggal 18 s/d 22 January 2005 bersamaan dengan peringatan 10 tahun gempa Kobe, memberi sinyalment tentang pentingnya sistem terintegrasi peringatan dini suatu bahaya alam seperti tsunami. Salah satu keputusan penting konferensi ini adalah, bahwa negara-negera maju akan ikut serta dalam membantu terbentuknya system terintegrasi peringatan bahaya tsunami di negara-negara lautan India. Kemudian, Jepang bersama-sama Amerika dipercaya sebagai tulang punggung persiapan pembentukan sistem tersebut. (Nikkei Net, 23 Jan 2005).

Dalam masalah gempa dan tsunami, antara Jepang dan Indonesa memiliki banyak kemiripan. Kedua negara ini merupakan negara kepulauan yang menjadi tempat pertemuan lempeng besar permukaan bumi. Jepang dibelah oleh lempeng Eurasia di barat, lempeng pasifik di timur dan lempeng Philipine di Selatan. Sementara wilayah Indonesia di sepanjang barat pulau sumatra sampai selatan pulau Jawa dan Nusa Tenggara dibelah oleh lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Sementara Maluku dan Papua menjadi tempat pertemuan lempeng pasifik dan Eurasia. Sepanjang pulau-pulau di kedua negara ini sebagian besar juga dipisahkan oleh palung palung besar dan kecil yang suatu saat bisa runtuh dan menimbulakn gempa. (Sumber: Website Department of Earth and Planetary Physics, The University of Tokyo, http://www.eps.s.u-tokyo.ac.jp/).

Laporan dari United Nation Development Programme (UNDP) tentang Natural Disaster Risk Reducation, yang dirilis Agustus 2004 mencatat, bahwa berdasarkan catatan gempa tahun 1980 s/d 2003, gempa dengan kekutan 5,5 SR keatas paling banyak terjadi di China, Indonesia, Iran, Jepang, Afganistan kemudian Turki. Indonesia menempati posisi dua dunia setelah China dengan rata-rata frekwensi gempa 5,5 SR keatas 1,62 kali pertahun. Sementara Jepang dalam posisi ke empat dengan frekwensi 1,14 per tahun. Dari negara-negara dunia yang memiliki top score frekwensi terjadinya gempa dahsat tersebut, Jepang dipandang paling memiliki system peringatan bahaya termaju di dunia.

Semenjak tahun 1960, system peringatan negara-negara sepanjang samudra pacifik termasuk Jepang diintegrasikan, agar bisa saling memberi informasi bahaya tsunami jika terjadi gempa di salah satu negara yang menghadap samudra pasifik. Pentingnya integrasi system ini tergugah akibat gempa di negara Cile tahun 1960 yang disertai gelombang tsunami besar ke seluruh negara-negara yang menghadap samudra pasifik. Atas prakarsa UNESCO saat itu, sistem peringatan bahaya negara-negara pasific yang semula berdiri sendiri-sendiri akhirnya diintegrasikan. Dalam sistem yang telah terintegrasikan, jika terjadi gempa disalah satu negara, maka informasi tsunami akan disampaikan ke Pacific Tsunami Warning Center di Hawai yang kemudian diteruskan ke setiap negara anggota yang kini mencapai 26 negara.

Cara Kerja System Peringatan Bahaya Tsunami di Jepang

Informasi tsunami yang ada Badan Meteorologi tidak ada gunanya jika tidak sampai ke penduduk di setiap wilayah yang akan diterjang tsunami. Dan ini mungkin suatu hal yang lebih sulit dibanding sekedar simulasi komputer tentang datangnya tsunami. Hal Ini dikarenakan bukan hanya menyangkut peralatan sistem komputer, tetapi juga sistem yang menyangkut cara kerja antar berbagai lembaga, karakter masing-masing personal, dan dipengaruhi beberapa faktor sosial lainnya. Disini, penulis ingin menguraikan alur penyampaian informasi bahaya di Jepang berdasarkan hasil survey terakhir Badan Meteorologi Jepang yang diterbitkan melalui laporan berjudul Kinkyu bosai jyouhou chosa hokoku (survey of emergency information for disaster reducation) , Maret 2004.

Alur Informasi bahaya secara nasional

Informasi tsunami yang ada Badan Meteorologi disampaikan secepatnya melalui jaringan khusus ke kantor pemerintah wilayah, media massa, dan Nippon Telephone Telegraph (NTT) suatu badan telekomunikasi dengan jaringan terluas semacam Telkom di Indonesia. Untuk menghindari kemungkinan terputusnya jaringan darat, jaringan ini dibackup melalui saluran satelit komunikasi Super Bird B2. Pemerintah local didaerah yang memerlukan informasi langsung dari satelit bisa juga menggunakan perangkat receiver, misalnya SEISMO-VAN atau TSUNAMI-VAN produk dari Kenwood. Media massa seperti TV dan radio yang menerima informasi bahaya tsunami segera memuat melalui flash news yang biasanya diawali dengan bunyi pendek sirine berkali-kali untuk mencari perhatian pemirsa. NTT menyampaikan informasi tsunami ke masyarakat melalui website dan flash news ke jaringan handphone yang dikenal dengan i-Mode. Sementara itu, sistem komputer di pemerintahan wilayah menyampaikan secara otomatis ke pemerintah kota dan pemerintah daerah. Masing-maisng pemerintah kota dan pemerintah daerah menyampaikan informasi tsunami ke penduduk melalui berbagai cara. Seperti, bunyi sirine keadaaan darurat, pengumuman melalui pengeras suara yang biasanya dipasang di setiap distrik, pengumuman dengan mobil keliling dan juga melalui media TV dan radio local. Dengan demikian penduduk bisa mendapat informasi secepatnya melalui berbagai arah. Sehingga bisa menekan kecilnya angka penduduk yang tidak mendapatkan informasi datangnya bahaya tsunami.

Sistem peringatan bahaya tsunami seperti yang dimiliki oleh Jepang, bukan hanya menyangkut masalah tersedianya peralatan dan jaringan yang saling terkoneksi dan terintegrasi. Akan tetapi juga menyangkut masalah koordinasi antar berbagai lembaga yang terkait. Memberikan perhatian yang tinggi terhadap pembentukan budaya masyarakat tentang kesadaran akan bencana alam. Peningkatan pengetahuan tentang bencana itu sendiri serta cara-cara penyelamatannya. Lembaga-lembaga di Jepang melakukan pengkajian ulang untuk peningkatan fungsinya setiap tahun yang biasanya dilaporkan pada setiap bulan Maret.

(dari berbagai sumber)

Tuesday, February 01, 2005

Campur Aduk

Tulisan kali ini ke sana sini dech, bias, karena gak fokus.

Sudah lama gak nulis blog cimot, karena ada yang perlu di dahuluin dulu kerjaannya (ceileee...sok sibuk....hehehe). Tapi Letha tahu kok, orang aku di sebelahnya mulu dikantor, sejak arwen protes, kok gak di update - update.....letha juga ikut-ikutan nyuruh aku update, tapi karena tugas negara lebih mendesak.........(ceilee...hari gini....).

Jadi hari ini mulai nulis dech, sambil nunggu si Abang jemput... :-)

Aku juga masih usaha "searching" mengenai leukimia, soalnya anak temanku masih 3 tahun leukimia, tentu saja aku mencari tahu.

Kemarin waktu baca Reader Digest, katanya ada penelitian, bisa disembuhkan, aku malamnya telp temanku, ngasih tahu ada perkembangan baru, terus dia hari ini mestinya konsultasi dengan dokternya. ....hmmmm........mudah-mudahan tertolong.

Oh yach, aku beberapa kali ganti template blog, karena pengen beda aja, tapi hasilnya malah jadi tambah berantakan....hehehe....... nah hari ini malah namaku yang hilang.

Besok aku perbaiki lagi dech.

Oh yach, hari normie beliin aku dan letha hoka - hoka bento, rupanya sedang "cerah" cuaca hari ini, walaupun hari ini kita kesana-sini rapat, tapi normie tetap betah diruangannya yang gak mau ada AC, dan full asap rokok!!....yiiiiiiii.

Capek..... besok dech tak tulis lagi....